Senin, 18 April 2016

The Boy (2016) ~ Cerita Dibalik Sebuah Boneka

  

FILM THE BOY ~ CERITA DIBALIK SEBUAH BONEKA





Film Amerika yang dirilis pada tanggal 22 Januari 2016, disutradarai oleh William Brent Bell dan penulis skenario Stacey Menear. Film keempat setelah sukses menyutradarai ketiga karya lainnya, yaitu Stay Alive (2006), The Devil Inside (2012), dan Wer (2013) dengan genre film yang juga sama...yaitu Horor.

Film ini bersetting di sebuah rumah besar, menceritakan tentang seorang wanita cantik Amerika yang bernama Greta Evans (Lauren Cohan) yang bekerja sebagai pengasuh anak untuk Pasutri paruh baya Heelshire (Jim Norton dan Diana Hardcastle) yang sangat kaya dan tinggal di Pedesaan Inggris terpencil. Karena terlalu terpencilnya, sehingga menyebabkan seorang pria muda bernama Malcolm (Rupert Evans) harus datang mengunjungi rumah itu untuk menyuplai kebutuhan makanan dan barang-barang lain yang diperlukan setiap beberapa minggu sekali.

Keseriusan Greta diuji saat mendapati kenyataan bahwa dia akan menjadi pengasuh sebuah boneka yang diberi nama Brahms...yang diyakini sebagai anak semata wayang keluarga Heelshire. Bukan seorang anak manusia, melainkan sebuah boneka. Awalnya bagi Greta itu adalah sebuah lelucon, tapi ternyata itulah kebenarannya. Karena sudah terlanjur jauh dari rumah, sudah kepalang tanggung dan sangat memerlukan uang, akhirnya Greta pun menyetujui. Gaji yang ditawarkan olehnya juga sangat besar, dia harus menerima pekerjaan itu.



Film produksi Lakeshore Entertainment dan STX Entertainment ini bercerita dengan apiknya tentang hubungan Greta dan Brahms yang dijalani sehari-harinya. Plot dan serangkaian kejadian tak terduga mewarnai film sehingga menimbulkan berbagai pemikiran sendiri bagi yang menonton. Seolah kita diajak bermain berimajinasi, berandai-andai. Seperti kebanyakan film horor lainnya, kesan remang, sedikit pencahayaan, perabotan unik dan klasik, pemandangan bemacam patung yang berada di luar dan dalam rumah dapat membuat kita sedikit bergidik ngeri saat pertama kali melihat.

Konflik dan ketegangan mulai terasa saat Pasutri itu memutuskan untuk bepergian dan menyerahkan tanggung jawab Brahms sepenuhnya kepada pengasuh baru. Sebelum pergi, keduanya memberikan catatan penting berupa daftar kegiatan yang harus dilakukan untuk Greta, mulai dari pagi sampai malam. Seperti menyiapkan sarapan, membacakan cerita, menggantikan pakaian, sampai berdoa sebelum tidur dan memberikan ciuman 'Selamat Malam'. Bagi Greta, apa yang diamanatkan hanyalah isapan jempol...dia hanya merawat boneka...apakah daftar kegiatan itu sangat penting? Tapi sekali lagi dia telah melakukan kesalahan, karena tidak mengikuti aturannya, maka serangkaian peristiwa misterius mulai meneror dan menghantui dirinya.


Apakah Greta menerima begitu saja nasibnya di rumah itu? Tentu saja dia berusaha menguak keganjilan-keganjilan yang ada, siapa sebenarnya Brahms, kenapa Pasutri Heelshire tetap memilih hidup terpencil di usia senja dengan sebuah boneka? Ada apa dengan keluarga Heelshire? Dia harus bertanya pada seseorang...dan yang selalu ada di rumah itu selain dirinya adalah...Malcolm. Jawaban yang diberikan tidak menunjukkan keanehan apa pun, seolah di rumah itu semua baik-baik saja, tidak seperti yang dirasakannya. Sampai suatu peristiwa terjadi dan menyadarkan Greta bahwa dia memang tidak sendirian di rumah itu...Boneka itu bergerak...Boneka itu hidup...dan dia tidak gila. Dia menyadari benar bahwa ada sesuatu yang hidup atau arwah yang ikut tinggal bersamanya. Dia harus membuktikan keganjilan yang tersimpan di rumah itu pada malcolm.


Seringnya curhat dan bertemu, menyebabkan keduanya merasakan sebuah rasa yang sama...merasa ketertarikan satu sama lain. Akhirnya Malcolm memberanikan diri untuk mengajak Greta pergi berkencan dan ternyata dirinya ditolak mentah-mentah. Alasannya hanya karena Greta harus merawat Brahms. Malcom merasakan keanehan pada Greta yang terlalu perhatian dan memanjakan boneka Brahms dari waktu ke waktu, tentu saja itu bukan pertanda baik. Bukan perasaan cemburu, hanya saja...ada sesuatu yang disembunyikannya, yang belum diceritakannya...dan Greta harus mengetahui kebenaran sisi gelap keluarga Heelshire serta sosok Brahms.


Pada bagian akhir cerita, mulai bermunculan nama-nama lain dan plot tak terduga yang disuguhkan oleh William Brent. Misteri mulai terkuak satu persatu, alasan kenapa sebenarnya Pasutri Heelshire pergi meninggalkan Greta. Semuanya dikemas rapi dalam beberapa adegan terakhir yang tidak terlalu banyak seperti penceritaan awal hubungan Greta dan Brahms. Di plot terakhir, muncul pencitraan sebenarnya sosok Brahms yang membuat tercengang. Sebuah ending yang aneh, apa cerita ini akan dibuat bersambung? Ending terkesan menggantung, ada rasa tidak puas saat mengakhiri film...karena cerita seakan belum selesai, dipaksa untuk berakhir begitu saja. Entah karena pengaruh durasi film yang terbatas (hanya 97 menit), entah karena penjabaran yang terlalu panjang di awal sehingga menyebabkan agak sedikit pendek di akhir, atau memang karena kepiawaian William dalam membuat penonton penasaran. Dan jika perencanaan film ini memang sengaja dibuat bersambung, rasanya juga tidak buruk...bagian keduanya tentu akan sangat dinanti. 

Tidak terlalu banyak visual effect dan latar belakang suara aneh-aneh yang mampu membuat jantung copot. Film The Boy menyuguhkan cerita horor yang apa adanya yang tetap mampu untuk dinikmati. Durasi yang singkat menyebabkan pengenalan untuk karakter yang ada tidak terlalu dijelaskan mendetail, terutama untuk keluarga Heelshire sendiri, masih banyak misteri yang tersimpan. Namun ini hanyalah sedikit anggapan dari saya sendiri sebagai penonton karena bagaimana pun hal tersebut tidak akan mengurangi penilaian film The Boy secara keseluruhan.

Well, selamat menikmati film The Boy jika anda berminat untuk mengikutinya.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

NEW DIVIDE ~ LINKIN PARK I remembered black skies The lightning all around me I remembered each flash As time began to blur Like a startling...