A QUIET PLACE 2
SILENT IS NOT ENOUGH
Pada A Quiet Place pertama memperlihatkan suasana kota yang ditinggalkan seperti kota mati. Namun pada seri kedua nampak jauh berbeda, masih ada tanda kehidupan. Cerita dibuka oleh sang pemeran utama pria, Lee Abbot (John Krasinski) yang turun dari sebuah mobil lalu kemudian memasuki tempat perbelanjaan. Tertulis pada saat itu adalah hari pertama yang berarti bisa disimpulkan bahwa itu adalah awal mula dimana serangan entitas misterius terjadi. Penonton dibawa kembali ke masa lalu karena pada film sebelumnya tidak diceritakan lebih detail bagaimana para monster muncul dan menyerang. Siaran berita di televisi mengumumkan bahwa telah terjadi ledakan besar di Shanghai dan menelan banyak korban jiwa. Sebenarnya Lee ingin tinggal lebih lama untuk menonton hingga tuntas tapi dia memiliki janji lain dan akhirnya memilih pergi.
Kota sedang mengadakan pertandingan Baseball dan hampir seluruh penduduk kota ikut meramaikan. Evelyn Abbot (Emily Blunt) nampak asyik menemani si bungsu yang bernama Beau (Cade Woodaward) bermain ayunan. Diceritakan pada AQP I, bocah tersebut mati karena serangan dari seekor entitas. Regan (Millicent Simmonds) sedang duduk di bangku penonton, sedangkan anak kedua, yaitu Marcus (Noah Jupe) ikut dalam pertandingan.
Ketika lemparan pertama dilakukan, Marcus tidak bisa memukul balik. Evelyn mencoba menyemangati agar tidak patah semangat. Tiba-tiba radio milik salah satu penonton rusak tanpa sebab. Marcus kembali melakukan pukulan kedua tapi hasil tetap nihil, kali ini Regan yang memberi semangat. Tepat pada pukulan ketiga, atensi semua orang beralih pada satu titik di atas langit. Sebuah benda besar mirip pesawat meluncur turun ke bawah dengan sangat cepat. Benda apakah itu? Walau pertandingan belum selesai tapi secara serempak penduduk kota memutuskan untuk kembali pulang ke rumah.
Lee memutuskan pulang bersama Regan sedangkan Evelyn pergi bersama kedua putranya. Mereka terpisah dalam perjalanan pulang karena masing-masing membawa mobil. Lee tidak sengaja melihat polisi dan memutuskan untuk bertanya (biasa kepo). Baru saja memulai obrolan, seekor makhluk asing berlari kencang entah darimana dan menabrak mobil hingga terguling. Walau tidak begitu mengerti apa yang baru saja terjadi, Lee segera angkat kaki. Namun sial, mobilnya tiba-tiba mogok sehingga tidak bisa pergi menjauh (biasa, biar makin nendang).
Dilain tempat, Evelyn berusaha menenangkan si bungsu sambil berusaha menyetir. Nampak semua orang berlarian dari arah berbeda dan tidak berapa lama muncul seekor makhluk yang menyerang membabi buta. Beruntung Evelyn bisa menghindar dengan memacu mobil lebih cepat. Tapi kejadian tak terduga lainnya muncul, dari arah depan melaju sebuah bus tanpa supir. Bus tersebut ternyata juga telah diserang. Entah sudah berapa banyak monster yang muncul, keadaan semakin kacau. Evelyn beralih dengan cara mengemudikan mobil mundur ke belakang. Regan yang menyaksikan kejadian itu segera berlari keluar mobil dan mengejar. Aksi nekatnya berhasil dihentikan Lee tepat saat seekor makhluk menyerang seorang wanita disamping Regan (selamat...selamat). Lee membawanya bersembunyi di sebuah tempat yang sudah dipenuhi oleh manusia lain yang juga mencari perlindungan. Seorang pria tua berdoa kepada Tuhan untuk keselamatan, alih-alih mengaminkan, Lee malah membungkamnya agar segera diam. Tidak berapa lama seekor makhluk bergerak mendekat, mengendap-endap mencari celah terkecil untuk bisa menemukan mangsa. Ane yakin, saat itu semua orang pasti pada nahan kentut biar tetap selamat (-_-).
Suara ponsel milik seorang wanita merusak segalanya (hadeh). Tanpa harus disuruh dua kali, makhluk itu menerobos masuk dan menyerang. Lee membawa Regan menjauh tapi makhluk itu tetap kukuh mengejar. Di lain tempat, Evelyn dan kedua anaknya sedang bersembunyi di balik mobil polisi yang terbalik tadi. Marcus mendapati ayah dan kakaknya berusaha menyelamatkan diri. Disaat keadaan genting, petugas polisi yang muncul di scene awal berdiri menghadang dengan senjata laras panjang. Namun tak disangka tubuh monster itu kebal peluru dan polisi pun tewas menjadi santapan berikutnya. Niat mau menolong tapi takdir berkata lain, repeat after me....kasihaaannn (plak).
Selanjutnya scene pindah ke masa sekarang. Setelah berhasil membunuh seekor, Evelyn memutuskan untuk pindah. Mereka sudah tidak aman lagi berada di rumah sendiri, harus menemukan tempat persembunyian baru. Regan memutuskan untuk mengambil sebuah radio lengkap dengan pengeras suara dari ruang kerja Lee. Sementara Evelyn pergi ke bangunan lain untuk mengambil kotak kayu dan sebuah tabung oksigen kecil untuk si bayi. Regan juga mengambil peta dan jam tangan Lee yang dapat digunakan sebagai kompas. Regan melanjutkan kebiasaan sang ayah yang selalu memantau keadaan di atas bukit. Berharap menemukan sebuah tanda yang bisa membantu mereka. Perjalanan yang dilakukan sangat panjang, seharian mereka berjalan tanpa istirahat sedikit pun. Padahal sambil membawa beban yang tidak sedikit. Tempat terbuka jauh lebih berbahaya dan mereka memahami itu. Berhenti sejenak untuk istirahat hanya akan memperburuk keadaan.
Mereka sampai di sebuah tempat lapang yang dipenuhi beberapa bangunan terbengkalai. Ada sebuah celah sempit untuk jalan masuk, Evelyn memutuskan menjadi yang pertama, diikuti Regan dan terakhir adalah Marcus. Ternyata ada jebakan terpasang, tanpa menunda lagi menyuruh kedua anaknya segera berlari sebelum monster datang dan menyerang. Di kejauhan nampak seseorang sedang memperhatikan ketiganya tanpa berniat membantu. Marcus kini berlari paling depan karena terlalu takut sehingga tidak melihat ada jebakan kedua. Kakinya sukses terjepit di alat perangkap hewan, mengetahui keadaan dirinya yang terluka, bocah itu berteriak. Evelyn membekap mulutnya seraya berusaha menenangkan. Setelah jebakan berhasil dilepas, Marcus kembali berteriak karena rasa sakit yang tak tertahankan. Si bayi diletakkan dalam kotak kayu agar suara tangisnya tidak terdengar dan makin menambah kacau.
Yang ditakutkan terjadi, seekor makhluk datang dengan sangat cepat. Regan berhasil melumpuhkan dengan peralatan miliknya, selanjutnya Evelyn melakukan eksekusi mati. Setelah membunuh seekor sebelumnya, kini dia tahu bahwa monster itu bisa dilukai hanya di bagian kepala. Tindakan berani itu tidak luput dari penglihatan si pengintai. Mereka bertiga kembali berlari, suara tembakan pasti akan mengundang lebih banyak lagi, mereka belum aman. Saat memasuki gedung, Evelyn dihadang oleh seorang pria dengan wajah setengah tertutup. Memberi kode bahwa sudah ada seekor makhluk lagi yang memburu. Tanpa aba-aba mereka semua sepakat berlari menjauh. Pria misterius itu menggendong marcus sedang Evelyn berlari paling akhir karena harus membawa kotak kayu yang cukup berat, benar-benar perjuangan seorang ibu.
Di ujung gedung ada sebuah pipa besar untuk turun ke bawah. Evelyn menyuruh Regan agar segera melompat. Setelah berada di bawah, dia langsung diseret masuk ke sebuah ruang kecil tertutup. Disana sudah ada Marcus menunggu. Tidak berselang lama Evelyn muncul bersama dengan pria misterius dan kemudian pintu ditutup. Ruang sempit itu sepertinya adalah tempat pembakaran, ada kain yang sengaja diletakkan pada pengait agar pintu bisa dibuka dari dalam.
Cahaya pemantik kini menerangi ruang kecil kedap suara. Pria itu mengatakan bahwa Evelyn dan anak-anaknya tidak bisa tinggal lebih lama. Tidak cukup air dan makanan untuk mereka (tega amat). Evelyn merasa pria itu tidak asing dan memaksa untuk melepas kain penutup wajah. Walau pria itu berkeras tapi Evelyn tidak menyerah. Memperlihatkan bayi mungil yang sedang tertidur dalam kotak kayu. Walau tanpa kata tapi ekspresi menunjukkan jelas bahwa dia membutuhkan pertolongan (the power of emak-emak). Ekspresi kaget tak dapat ditepis, kini pria itu paham kenapa Evelyn mati-matian menjaga kotaknya.
Setelah suasana membaik, Evelyn memutuskan mengobati Marcus. Karena tidak ada pembersih luka, akhirnya memilih alternatif lain. Pria yang diketahui bernama Emmet (Cillian Murphy) memberikan sisa minuman keras padanya. Evelyn menyarankan Marcus untuk bertahan sejenak dari rasa sakit. Walau kenyataan berkata lain, bocah itu tidak bisa menahan teriakannya. Di luar Regan dan Emmet sedang menunggu. Gadis kecil itu tidak sengaja menemukan gambar seorang anak laki-laki di atas meja. Emmet langsung menyita karena tidak terlalu suka jika barang pribadinya disentuh. Setelah selesai diobati, Regan memasangkan headphone pada Marcus agar bocah itu bisa lebih tenang.
Emmet bertanya apakah cara kerja peralatan milik Regan seperti umpan balik pada mikrofon? Mereka bisa bebas bicara saat ini karena beton bangunan setebal 3 kaki, para monster di atas tidak akan bisa mendengar. Evelyn menjawab tidak tahu, alat itu hanya berfungsi begitu saja. Beruntung luka Marcus tidak sampai menembus tulang tapi perbannya tidak dapat bertahan lama. Evelyn turut bersedih atas kejadian yang menimpa istri dan anak Emmet. Wanita itu bertanya apakah Emmet melihat api yang selalu dinyalakan oleh Lee setiap malam? Apakah pernah terpikir olehnya untuk mendatangi? Emmet menjawab bahwa dia melihat tapi tidak berniat untuk datang karena manusia yang tersisa saat ini telah menjadi tidak terkendali. Lee sekeluarga lebih tetap aman berada dalam persembunyian mereka daripada bertemu dengan orang-orang itu.
Tiba-tiba Marcus terbangun karena mendengar suara musik dari radio. Itu mustahil, apa masih ada manusia yang masih hidup? Emmet mengatakan suara itu sudah terdengar sejak lama tapi Regan meragukannya. Jika memang demikian, kenapa ayahnya tidak tahu padahal selalu menyalakan radio setiap hari. Emmet memberi alasan itu terjadi karena lembah di sekitar rumah, jika mereka naik sampai ke atas, maka akan terdengar. Regan tidak percaya dan menuduh Emmet sudah berbohong. Emmet pun gusar dan menyuruh Evelyn agar segera keluar besok pagi kemudian pergi meninggalkan begitu saja (merajuk).
Disaat semua sudah terlelap, Regan membangunkan Marcus agar mengikutinya ke dalam ruang kecil kedap suara. Dia berkata bahwa musik yang mereka dengar tadi adalah sebuah signal dan itu berasal dari sebuah pulau yang terpisah. Dia berinisiatif pergi kesana untuk mencari bantuan. Dia akan mengikuti jalur kereta api, jaraknya hanya perlu waktu satu hari. Tapi Marcus menolak, Regan berkeras dia memiliki peralatan untuk menyerang balik para monster. Marcus beralasan bahwa dia akan memberitahu sang ibu untuk menghentikan. Dia tidak ingin Regan berakhir sama seperti sang ayah.
Malam kini telah berganti pagi. Marcus tersadar karena rembesan air dari langit-langit mengenai wajahnya. Kaget mendapati catatan yang ditinggalkan, Regan tetap nekat pergi walau ditentang. Emily menjadi panik dan meminta Emmet untuk membawanya kembali, tentu saja dengan memaksa (the power of emak-emak lagi lah). Scene pindah pada Regan yang sudah berada di jalur kereta, langkahnya terhalang oleh sebuah gerbong kereta api yang kosong. Dia harus melewati agar bisa sampai diujung jalan, hanya itu satu-satunya cara. Banyak mayat di mana-mana, tapi Regan berusaha tetap tenang. Ketika melihat sebuah kotak P3K tergantung, beriniatif untuk mengambil sebagai bekal perjalanan. Aksinya dihentikan oleh sebuah mayat yang muncul tiba-tiba dan membuatnya reflek berteriak.
Hal itu mengundang seekor entitas datang (eng ing eng). Tanpa menunda Regan segera beraksi tapi kali ini dia hanya sendirian. Biasanya selalu ada sang ibu yang melakukan eksekusi tembak di tempat. Walau kesakitan tapi monster jelek (-_-) itu terus mendekat. Regan berusaha menembak tapi meleset, yah wajar saja karena dia tidak punya keahlian. Berbeda dengan sebelumnya, kali ini monster yang muncul jauh lebih kuat. Regan terlalu memandang remeh, dunia luar tidaklah semudah perkiraan. Mungkin saja dia dan ibunya hanya sedang beruntung, mereka belum bertemu dengan monster yang benar-benar kuat hingga saat ini.
Regan kembali ingin menembak tapi naas, senapannya tiba-tiba macet. Biasaaa....kalau gak gitu mah gak seru. Kudu ada bumbu-bumbu dramatis biar makin endulita. Saat sudah berpasrah pada kematian, kepala monster tiba-tiba meledak disertai suara ledakan. Emmet yang melakukannya, dia berhasil menemukan. Keduanya kemudian lari bersembunyi di sebuah rumah kosong. Emmet berusaha berkomunikasi dengan Regan namun cukup sulit mengingat kondisi gadis itu yang tuli, sedangkan dia tidak mengerti bahasa isyarat. Regan memintanya untuk membantu alih-alih kembali pulang. Keduanya berdebat dan Regan meyakinkan bahwa Emmet bisa berusaha saat ini karena dulu dia tidak begitu berusaha untuk menyelamatkan keluarganya. Ini adalah kesempatan pria itu untuk menebus kesalahan. Hal itu berhasil, Emmet mulai goyah dengan pendirian setelah mendengar tausiah (hemm....).
Hari berganti lagi dan pagi menyambut dalam keheningan seperti biasa. Regan terbangun dan mendapati peralatannya menghilang, begitu pun Emmet. Kemana gerangan pria itu? Kenapa meninggalkannya seorang diri tanpa apa pun? Ditengah rasa sedih, Emmet muncul, ternyata pria itu tidak kabur seperti dugaannya. Emmet hanya pergi untuk memantau keadaan. Makanya, Neng....jangan su'udzon mulu!
Di lain tempat, Evelyn memutuskan untuk keluar dari tempat persembunyian. Persediaan oksigen dan perban sudah habis, dia harus pergi ke kota untuk mengambil beberapa barang, walau berbahaya tapi harus melakukan. Tidak diduga Marcus menyusul naik dan menahannya untuk pergi. Wanita itu berusaha menenangkan, berkata bahwa dia hanya akan pergi beberapa jam. Marcus sudah diajarkan cara merawat adiknya, yang harus dilakukan adalah tetap tenang. Marcus akhirnya menyadari bahwa adik kecilnya juga membutuhkan peralatan medis dan merelakan kepergian sang ibu.
Regan dan Emmet kini sudah keluar dari jalur kereta api, keduanya memutuskan untuk pergi menuju pelabuhan. Karena terpisah pulau maka mereka harus menggunakan kapal agar bisa menyeberang. Waktu berjalan tanpa terasa, malam sudah beranjak turun, kegelapan menyelimuti. Seolah tidak mengenal kata lelah, mereka terus berjalan hingga sampai di daerah pemukiman yang tentu saja sepi tanpa manusia. Emmet berjalan di depan dan Regan mengikuti di belakang. Ketika sudah menemukan kapal yang tepat, Emmet segera melepaskan tali kapal.
Tiba-tiba sekelebat bayangan melintas, pria itu sadar dan langsung waspada. Membidik senjata laras panjangnya sambil mencari, kemudian mereka menemukan seorang anak perempuan yang sedang bermain sendiri (ehe). Karena tidak tega, Emmet memutuskan untuk menolong tapi ternyata itu adalah perangkap. Regan berniat menolong tapi dilarang, tak berapa lama kemudian muncul orang-orang dari berbagai arah. Jumlahnya semakin banyak dan kini sudah mengelilingi mereka berdua. Hei, apa yang terjadi? Regan bingung karena Emmet pernah berkata bahwa tidak ada manusia lain tersisa, tapi yang dilihatnya saat ini bertolak belakang.
Seorang pria tua lusuh diantara kerumunan itu berjalan maju, sepertinya dia adalah pemimpinnya. Ketika Regan diperiksa, Emmet mencoba mengalihkan agar pria itu tidak sadar dengan alat yang terpasang di telinga. Alat kecil itulah yang menjadi alasannya sampai bertindak nekat sejauh ini. Bisa berbahaya jika sampai jatuh ke tangan yang salah. Si pemimpin ternyata tidak mudah dikelabui, dengan segera mengambil paksa semua peralatan Regan dan membawanya serta. Ditengah keputus asaan, Emmet menemukan cara agar bisa terbebas. Memberi kode pada Regan untuk menyelam ke dalam air. Setelahnya dia berlari ke arah si pemimpin dan menjerat lehernya menggunakan sisa tali yang juga sudah menjeratnya lebih dulu.
Karena mendapat serangan mendadak, pria itu kaget hingga menjatuhkan lampu minyak dari genggaman. Kehebohan pun terjadi, bagai diundang ke sebuah pesta, para monster berdatangan. Korban berjatuhan karena tidak sempat lari menyelamatkan diri. Emmet mengikat si pemimpin pada sebuah tiang kemudian menusuk salah satu kakinya dengan pisau kecil. Teriakan kesakitan terdengar, seekor entitas sukses berlari ke arahnya. Emmet berhasil melompat ke air bertepatan dengan monster itu mencincang brutal mangsanya (sadis).
Leher Emmet masih terjerat tali, dia kesulitan melepaskan diri. Disaat hampir kehabisan nafas, tali yang mengikat si pemimpin jatuh ke dalam air. Sepertinya tubuh pria itu sudah habis tak bersisa. Keadaan belum sepenuhnya membaik, monster itu menyadari keberadaan Emmet dan ikut terjun ke dalam air. Terjadi hal tak terduga, monster itu kewalahan karena tidak bisa berenang dan akhirnya mati tenggelam. Emmet menemukan pencerahan, dia berhasil menemukan cara lain untuk menghabisi para monster. Regan datang menjemput bersama dengan sebuah kapal kecil. Menarik Emmet naik ke atas dan pria itu memberikan alat dengar miliknya. Emmet berhasil mengambil benda itu di detik terakhir.
Selanjutnya mereka berlayar menuju pulau yang dimaksud. Setelah berhasil mencapai daratan, Emmet dan Regan bergegas menyusuri pulau. Waktu sangat berharga, mereka tidak boleh lengah karena bahaya bisa datang kapan pun. Lebih cepat menemukan pertolongan, itu lebih baik. Nampak deretan rumah penduduk dalam keadaan sepi tanpa penghuni. Tapi benarkah demikian? Emmet tidak percaya dengan apa yang dilihat saat ini. Para manusia yang ada bukannya bersembunyi tapi malah berkumpul di alam terbuka dan bersuka cita menikmati makanan. Seperti acara camping satu kelurahan gitu (plak). Apa orang-orang itu masih waras? Mereka tidak takut?
Jadi singkat cerita Regan dan Emmet ikut bergabung. Dari kemaren belum makan, lebih baik isi perut dulu, yang lain dipikir nanti (-_-). Seorang pria kulit hitam yang diperankan oleh Djimon Hounsou datang menghampiri dan bertanya apa Emmet mendengar pesan yang mereka kirim melalui radio? Emmet menjawab bahwa Regan yang melakukannya. Pria negro itu mengira hanya candaan mengingat kondisi Regan, namun Emmet kembali meyakinkan bahwa itulah kenyataan yang sebenarnya. Orang-orang tersebut sudah lama berada di pulau semenjak awal serangan. Ketika sirine tanda bahaya berbunyi, para Garda Nasional mulai menjejalkan orang-orang ke atas perahu setelah menyadari bahwa makhluk itu tidak bisa berenang.
Ada 12 perahu pada saat itu tapi hanya 2 yang berhasil lolos. Emmet menjelaskan bahwa dia berasal dari balik pegunungan Appalachian, perjalanannya sekitar 2 hari. Pria negro itu takjup dengan kegigihan Emmet, sebenarnya yang menjadi alasan utama adalah karena Emmet ingin menunjukkan alat milik Regan yang bisa digunakan untuk melumpuhkan monster. Setelah mendengar penjelasan panjang lebar, pria negro itu bersedia membantu. Regan berterima kasih pada Emmet karena telah memberinya kesempatan. Emmet meminta maaf karena telah meragukan gadis kecil itu. Dia tidak bisa seperti Lee tapi Regan sangat mirip dan gadis itu pun terharu mendengarnya.
Di lain tempat, Evelyn dan Marcus juga memainkan peran masing-masing (sudah mulai klimaks nih). Saat sampai di toko, Evelyn segera menuntaskan hasrat bershopping ria (-_-). Sedangkan Marcus sibuk berdarmawisata (hae??). Gak ada badai gak ada banjir, tuh bocil keluar dari persembunyian dan jalan-jalan santai sampai ke lantai atas. Rasa ingin tahunya membuahkan hasil, tanpa sengaja menemukan sebuah mayat perempuan. Dirinya terlalu kaget hingga reflek mundur ke belakang dan menabrak barang-barang. Akibat tidak menurut omongan emak, tuh bocil lari tunggang langgang kembali ke tempat semula. Terdengar di kejauhan suara entitas yang mengetahui keberadaannya. Hanya dalam hitungan detik makhluk itu berhasil menemukan persembunyiannya, menghancurkan dinding beton seperti merobek kertas. Marcus mengambil kotak bayi dan radio, kemudian menuju ruangan kedap suara. Marcus tidak lupa membawa serta radionya karena itu adalah pesan Regan. Akibat terburu-buru, dia lupa untuk meletakkan kain pada pengait pintu. Alhasil dia terjebak besama sang adik, bagaimanakah nasibnya nanti? Para penonton diharap tenang....film masih belum berakhir, keajaiban selalu ada di detik terakhir. Ciee....sok bijaksana gua!
Evelyn telah kembali dari acara mari berbelanja, menyadari keadaan gawat darurat dan langsung bergegas. Marcus yang hampir kehabisan nafas memutuskan untuk berbagi oksigen dengan sang adik, tapi akhirnya harus rela mengalah alias memilih untuk mati lemas. Sebagai ibu yang baik hati dan tidak sombong (apa hubungannya), keselamatan anaknya lebih penting daripada diri sendiri. Dia mengumpankan diri sendiri untuk mengalihkan perhatian monster. Menembakkan senjata pada udara kosong dan itu berhasil. Langkah selanjutnya dia membidik genangan minyak yang berada tepat di bawah monster dan api pun seketika membara membakar hidup-hidup. Wah, bisa jadi steik monster nih....ada yang berminat? Penonton kembali dikejutkan dengan kekuatan monster yang kebal terhadap api. Evelyn mencoba mencari cara dan menemukan sebuah keran air yang berada di atas. Hanya dengan satu kali tembakan, tempat itu kini sudah diguyur air seperti hujan. Pengaruh suara air membuat makhluk itu tidak dapat mendengar jelas dan Evelyn menggunakan kesempatan itu untuk kabur.
Evelyn berhasil bertemu dengan kedua anaknya tapi dia melupakan senjata kecil miliknya yang tergeletak di atas meja. Sementara monster sudah berhasil masuk dalam tempat persembunyian. Tidak ingin suasana makin runyam, memutuskan untuk menutup pintu tapi tidak lupa meletakkan kain pada kaitan pintu (pintar). Kini mereka bertiga menunggu nasib yang tak kunjung jelas. Terkurung entah sampai kapan, ruangan sempit itu terasa jauh lebih aman daripada di luar. Apakah Emmet berhasil menemukan Regan? Bagaimana nasib putrinya di luar sana? Apakah Emmet akan kembali menyelamatkan mereka? Atau apakah ini adalah akhir dari semuanya? Perjuangannya berakhir sampai disini? Evelyn berusaha tetap tegar dibalik semua pertanyaan yang muncul. Marcus dan sang bayi bergantung padanya, dia tidak boleh menyerah sekarang (semangaaattt).
Scene kembali pada Emmet yang memutuskan untuk berjalan sejenak menyusuri pantai sambil mengingat tentang istri dan anaknya yang telah tiada. Dia puas karena telah berusaha keras untuk menyelamatkan banyak orang. Tiba-tiba merasa ada sesuatu yang janggal, memutuskan untuk menyusuri bagian pantai yang lain. Menemukan sebuah kapal yang merapat dengan perlahan. Emmet mengenalinya....itu adalah kapal yang ditumpangi seekor entitas. Dia melihat jelas sebelum pergi meninggalkan pelabuhan. Arus air membawa kapal itu sampai ke pulau.
Emmet bergegas lari untuk memberi peringatan pada semua orang. Hanya selisih beberapa detik monster sudah menyerang membabi buta. Ditengah kekacauan, pria negro membawa Emmet dan Regan menjauh dengan menggunakan mobil. Mereka melakukannya sebagai pengalihan. Sebelumnya pria itu sudah menyembunyikan anaknya di dalam lemari dan dilarang untuk bersuara. Terjadilah adegan kejar-kejaran yang cukup seru. Setelah bertahan mati-matian, mereka berhasil lepas dan sampai di sebuah tempat penyiaran radio. Itu adalah tempat yang dijanjikan untuk membantu Regan. Namun naas, pria negro mati lebih dulu sebelum sempat masuk ke dalam. Lha terus anaknya gimana (jadi kepikiran)?
Emmet dan Regan berusaha agar tidak tertangkap. Regan memutuskan untuk bertindak cepat, sekarang atau tidak sama sekali. Keselamatan ibu dan kedua adiknya bergantung padanya. Dia memilih jalan lain untuk bisa masuk ke ruang siaran. Emmet memeriksa dan makhluk itu tepat berada di sebelah ruangan. Suara sekecil apa pun bisa berakibat fatal. Emmet berhasil membuka jendela kaca kecil agar Regan bisa masuk ke dalam. Ketika ingin menjejak turun, gadis itu harus menutup laci terlebih dulu karena menghalangi. Aksinya membuat kepekaan sang monster bekerja dan menuntun ke arahnya. Selanjutnya Regan melangkah menuju ruang siaran utama. Dia harus menggeser pintu dan lagi-lagi harus membuat suara. Emmet mencoba mengalihkan dan hasilnya kakinya harus terluka. Dia bangkit dan menutup pintu agar Regan tidak ikut diserang, usaha gadis itu harus berhasil. Harapannya tidak sia-sia, walau bertubuh kecil tapi keberanian Regan tidak kaleng-kaleng.
Scene berpindah lagi, Evelyn memberanikan diri keluar. Dia harus mengambil semua obat yang tertinggal. Perban Marcus harus segera diganti atau bocah itu bisa lebih kesakitan. Monster yang dikira telah menghilang pergi ternyata masih mengintai (kena prank). Walau buta tapi makhluk itu memiliki insting tajam dan tidak mudah menyerah untuk melepas buruan. Evelyn berlari cepat masuk ke ruang persembunyian tapi makhluk itu lebih gesit sehingga dia tidak berhasil menutup pintu. Hanya setengah badan monster yang bisa masuk (kegedean), mereka tidak bisa lari kemana pun. Tangan panjang si monster bergerak brutal ke segala arah dan berhasil melukai salah satu kaki Evelyn, wanita itu berteriak kesakitan.
Regan yang sudah berada dalam ruang siaran utama menekan tombol pengeras suara agar alat miliknya bisa bekerja maksimal. Makhluk itu menjadi sangat kesakitan karena beban frekuensi yang diterima terlalu berlebihan. Tidak sampai disitu, Regan memutuskan bergerak mendekat seraya mengambil sebuah tongkat besi yang ada. Dia memang tidak ahli menembak tapi bukan berarti tidak pintar. Kelemahan monster itu ada di kepala, dia akan menusuk tepat di sana.
Marcus yang tanpa sadar masih memakai headphone tiba-tiba mendapat serangan suara yang menyakitkan, lalu sontak melepas. Akalnya bekerja cepat, tidak seperti akal penulis yang masih Pentium Satu (ngenes). Apakah itu pertanda dari Regan? Kakaknya telah berhasil mencapai pulau? Tanpa menunda lagi segera melepas headphone dari radio dan menaikkan volume suara. Gelombang frekuensi yang sama juga menyerang si monster. Marcus memberanikan diri melawan, hanya tinggal dia seorang karena sang ibu terluka. Kepercayaan dirinya kembali, dia tidak sendirian, kakaknya juga sedang berjuang. Melihat pistol di atas meja dan segera mengambil kemudian mengarahkan tepat pada sasaran, dia sudah paham harus menembak di bagian mana. Tidak berapa lama monster pun tewas tanpa perlawanan. Evelyn takjup sekaligus heran melihat keberanian sang anak. Kini Marcus bukan lagi bocah penakut, dia sudah berhasil mengalahkan traumanya.
Regan juga telah berhasil membunuh satu entitas dengan kekuatan sendiri. Emmet bangga pada keberanian Regan, gadis itu benar-benar memiliki sifat berani seperti ayahnya. Film pun tamat, kini umat manusia memiliki harapan berkat kegigihan Regan. Mereka berhasil menemukan cara untuk melumpuhkan dan membunuh makhluk ganas yang telah meneror sekian lama. Harapan manusia untuk kembali hidup damai bisa terwujud. Mungkin saja masih ada manusia lain di luar sana seperti keajaiban yang telah mereka lihat hari ini.
Film pun berakhir, seri kedua film AQP dibuat happy ending, tidak seperti film pertama. Walau agak sedih juga karena si pria negro harus tewas lebih dulu. Tapi perjuangannya tidak sia-sia demi kelangsungan hidup manusia. Entah film ini akan dibuat seri ketiga atau tidak, hanya John Krasinski dan Tuhan yang tahu. Ane mah tinggal searching doang terus dibuat bahan gibah di sini (plak). Silakan menonton langsung filmnya, ketegangannya masih nendang kok! Apalagi pas adegan monster muncul tiba-tiba, serasa dikasih kejutan ulang tahun versi horor gitu (plak lagi). Jadi selamat menikmati dan beri rating kalian sendiri untuk film ini. See you again....sampai bertemu di tulisan selanjutnya!
Bye-bye!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar