CART ~ Kisah nyata perjuangan pekerja kontrak melawan Management Perusahaan
Film Korea bergenre Drama ini rilis tanggal 7 September 2014, kemudian hadir di Indonesia tanggal 13 November 2014. Berdurasi sekitar 1 jam 40 menit, di bawah arahan sutradara Boo Ji Young dan penulis script Kim Kyung Chan. Mendapat penghargaan Baeksang Art Awards untuk Skenario Film Terbaik dan Yum Jung Ah sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik.
Bagi yang tidak terlalu menyukai film bernuansa drama keluarga, mungkin ini bukan pilihan yang menarik. Saya juga bukan pecinta drama, lebih cenderung kepada horor, misteri, dan petualangan. Namun tidak ada salahnya menyimak karena cerita yang disajikan cukup inspirasional. Film ini sudah lama terbit, sudah dua tahun, tapi baru saya temukan di tahun 2016. Saat melihat sekilas memang tidak berminat, tapi setelah mengetahui bahwa ini diangkat dari kisah nyata, kemudian tergugah untuk menonton. Saya sangat menyukai film yang diangkat dari kisah nyata karena feelnya lebih dapat, lebih memotivasi untuk pembelajaran.
Bercerita tentang ketidak adilan yang diterima oleh para pekerja kontrak wanita di sebuah pusat perbelanjaan atau supermarket besar. Mereka diputus sepihak oleh perusahaan dengan alasan efisiensi. Tidak akan ada pengangkatan karyawan tetap, bahkan yang sudah mendapat promosi kenaikan pun dibatalkan, seperti yang dialami seorang ibu bernama Son Hee (Yum Jung Ah). Suami yang bekerja lama di laut membuatnya harus menghidupi dua anak sendirian, status karyawan tetap tentu saja sangat melegakan. Selain gaji yang didapat akan jauh lebih besar juga tidak harus khawatir setiap kali waktu perpanjangan kontrak. Dibutuhkan dedikasi tinggi dan tingkat kesalahan rendah dalam pekerjaan agar terpilih menjadi karyawan tetap. Ironis saat giliran promosi kenaikan Sun Hee, malah terjadi hal yang tidak diinginkan. Bahkan sudah berjanji dengan anak sulungnya yang bernama Tae Young (Do Kyungsoo-EXO) untuk membelikan sebuah HP baru. Padahal Son Hee sudah lima tahun menjadi karyawan teladan, namun seakan hal itu tidak berarti bagi perusahaan.
Tae Young bersekolah di sekolah terbaik, berisi anak orang kaya. Hanya dirinya dan Soo Kyung (Ji Woo) yang merupakan anak biasa, bahkan dalam kelas, hanya mereka berdua yang memakai ponsel flip sedang lainnya lebih modern. Berbeda dengan Soo Kyung yang menerima statusnya, Tae Young malah bersikap malu. Saat makan siang di kantin sekolah, karena terlalu fokus bekerja Sun Hee lupa untuk membayar uang makan siang anaknya, akibatnya Tae Young malah berlari keluar dan memilih menyendiri di gudang. Soo Kyung menghampiri dam memberi sebuah roti, dengan marah berkata bahwa Tae Young bersikap sangat buruk, seharusnya dia tidak usah lari.
Rekan kerja Sun Hee sesama kasir, Hye Min (Moon Jung Hee) juga sama kecewanya. Hye Min belum dijadikan karyawan tetap tapi perlakuan yang diterima sangat merendahkan diri. Dia ditegur karena dianggap menuduh seorang pelanggan mengutil, walau benar adanya, tapi pelanggan selalu benar bukan?! Dia disuruh meminta maaf dengan cara berlutut dan mendapat caci maki. Beberapa pekerja lain juga merasa mendapat perlakuan tak layak, mereka selalu memprioritaskan bekerja walau harus lembur tanpa dibayar sekali pun. Meninggalkan anak dan suami demi pekerjaan, namun malah PHK yang didapat. Mereka tentu saja punya pilihan untuk pergi, namun susahnya mencari kerja membuat tetap bertahan. Mereka pun melakukan mogok kerja dan menutup supermarket setelah usaha bernegosiasi dengan perusahaan gagal. Walau tidak ada yang mempedulikan nasib para wanita itu, masih ada seseorang yang berbaik hati. Berbeda dengan Kepala Bagian Choi (Lee Seung Joon) yang cuek, penjilat, mementingkan diri sendiri, sikap Dong Jun (Kim Kang Woo) lebih manusiawi. Dia miris melihat teman-teman sekerjanya mendapat perlakuan tidak adil. Malah akhirnya dialah yang mengetuai Serikat Buruh (persatuan pekerja yang di PHK)
Selama berunjuk rasa, Son Hee terpaksa meninggalkan kedua anaknya. Bahkan Tae Young si sulung gagal ikut darmawisata yang diadakan pihak sekolah karena tidak mempunyai uang ditambah harus menjaga adiknya. Akhirnya memilih bekerja paruh waktu agar dapat memiliki uang untuk tetap pergi. Tentu saja dia bekerja tanpa sepengetahuan ibunya. Konflik ibu dan anak pun dimulai, walau tidak terasa kental. Seharusnya hal ini bisa lebih greget lagi, lebih dipertajam karena sebenarnya sudut pandang cerita akan jadi lebih luas dan menarik. Saat Tae Young mendapat perlakuan tidak adil dari paman pemilik tempatnya bekerja, tidak menerima gaji sesuai dengan kesepakatan, Son Hee maju membela hak anaknya. Sejak saat itulah cara pandang Tae Young diam-diam mulai berubah.
Puncak konflik adalah ketika anak Hye Min terluka dalam aksi pemukulan kepada para pengunjuk rasa. Sebagai orang tua tunggal, Hye Min harus membawa serta anaknya yang masih sangat kecil. Awalnya berjalan baik karena pihak perusahaan terlihat berniat untuk mengabulkan tuntutan, tapi ternyata tidak sepenuhnya, hanya beberapa dari mereka yang dapat kembali bekerja. Lagi-lagi terlihat keegoisan para pengusaha yang tidak ingin merugi, menganggap rendah para pekerja yang merelakan banting tulang hanya untuk memenuhi kepuasan harta mereka belaka. Benar-benar miris!
Karena memiliki rasa kebersamaan yang tinggi, mereka tidak ingin mengecewakan teman-teman yang sudah ikut berjuang. Daripada cuma sebagian yang merasa senang, lebih memilih untuk bahagia bersama. Mereka ingin agar perusahaan benar-benar serius menyelesaikan, benar-benar bersikap adil atas nasib para karyawan.
Kejadian pemukulan tidak disadari oleh para pengunjuk rasa. Perusahaan melakukan aksi kekerasan pada saat mereka sedang berkumpul di kemah dan membahas sesuatu. Pemukulan brutal tanpa hati dan pandang bulu, bahkan anak kecil pun menjadi korban. Beruntung anak Hye Min tidak meninggal, tapi cukup terluka parah. Karena merasa sakit hati dengan hinaan, kebohongan, dan ketidak pedulian perusahaan, Dong Jun menjadi gelap mata, melakukan pemukulan pada salah satu antek perusahaan. Ternyata sudah diatur sedemikian rupa, sudah direkayasa, sehingga cukup bukti untuk menjebloskan pemimpin serikat buruh itu ke penjara.
Kepergian pemimpin menyebabkan para pengunjuk rasa tercerai berai, bahkan Hye Min menerima keputusan perusahaan yang timpang, dirinya kembali masuk bekerja. Anaknya membutuhkan biaya perawatan rumah sakit, menyebabkannya menjadi pengkhianat atas usaha keras teman-temannya. Padahal sejak awal dia yang mencetuskan ide serikat buruh bersama Madam Soon Rae (Kim Young Ae) dan yang lain mengikuti. Tapi ternyata malah dia lebih dulu meninggalkan semuanya. Tentu saja ada kekecewaan pada Son Hee, tapi dia bisa mengerti dengan keadaan, bagaimana pun dia adalah seorang ibu juga.
Diam-diam Son Hee mengumpulkan kembali para pengunjuk rasa untuk melanjutkan usaha mereka. Bagaimana pun semua tidak bisa berakhir begitu saja, mereka masih bisa berjuang. Dan dia tidak bertepuk sebelah tangan, semua memberi dukungan. Bagian ending yang menyentuh diakhiri dengan bentrok pengunjuk rasa dengan petugas. Bukan pertunjukan yang menarik karena itu sangat tidak menusiawi. Mereka hanya menuntut keadilan, tapi diperlakukan seperti pesakitan, bukan manusia. Mereka diperlakukan lebih buruk daripada koruptor yang merampok uang negara. Bahkan koruptor diperlakukan jauh lebih baik dari mereka.
Berharap dengan film ini sedikit mengajarkan kita pada sisi manusiawi kembali, mengajarkan rasa peduli terhadap sesama, mengajarkan moral lebih baik pada para pengusaha besar untuk menghargai karyawannya, pekerjanya...bukan hanya sebatas memanfaatkan tenaga mereka untuk kepentingan sendiri dan menumpuk harta. Setelah tidak membutuhkan lagi, malah membuang begitu saja seperti kotoran. Jika karyawanmu bekerja dengan baik dan loyal, perlakukanlah dengan baik juga karena mereka adalah manusia sepertimu.
Berharap juga dengan adanya adegan keluarga dalam film ini bisa menjadikan seorang anak lebih menghargai jerih payah ibu dan ayah dalam bekerja, lebih menghargai orang tua. Kaya miskin bukan ukuran, karena orang yang baik adalah mereka yang memandang dan menghargai kita apa adanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar